Ada begitu banyak tangan yang memegangku dari pertama aku muncul di bumi ini. Tangan dokter, tangan perawat dan tangan suster. Namun ada satu tangan yang memegangku dengan penuh cinta, tangan yang mendekapku dengan penuh cinta, tangan itu adalah ibuku.
Waktu aku kecil dan tak berdaya, tangannya memberikan kehangatan ketika aku kedinginan. Tangannya mendekatkan aku dengan air susunya. Tangannya yang lembut itu juga menggendongku ketika aku membutuhkan perhatiannya. Tangan itu pula yang selalu mengganti popok dan melatih aku berjalan. Tangannya tidak pernah terlambat memberikan makanan dan minuman bagi perkembanganku. Tangan cekatan itu selalu siap menenangkanku ketika aku menangis karena mimpi buruk. Tangannya selalu terulur bagiku. Tangan itulah yang mengajariku berdoa.
Beranjak masuk sekolah, tangan yang sama mulai bekerja dari pagi sampai malam. Tangan nan lembut itu mulai menjadi kasar karena pekerjaan rumah tangga. Tangan itu tidak pernah berhenti bergerak, selalu ada yang dikerjakannya. Tangan itu mengelus kepalaku ketika aku pergi dan pulang sekolah. Tangan itu mengajariku untuk menulis. hanya sekali tangan itu menjewer telingaku karena aku nakal. Tapi tetap saja tangan itu menerima diriku apa adanya. Tangan perkasanya menjadi andalan keluarga.
Ketika remaja tangan itu masih memperhatikanku. Tangannya semakin cekatan menyediakan kebutuhan keluarga di pagi hari. Tangan yang penuh kasih itu juga menepuk bahuku ketika aku merasa lemah. Tangannya siap menekan nomor telepon handphoneku bila aku belum pulang ke rumah. Tangan yang hebat itu terampil dalam bekerja dan merawat aku.
Di hari wisudaku, tangan itu menuntun aku menuju altar podium. Tangan itu yang membuatku berada diatas podium itu dan mengantarku menuju kehidupan yang lebih baik. Terlihat tangan itu tampak mulai mengkerut. Tangan yang menjadi kebanggaanku mulai tak berdaya termakan usia. Tapi tangan itu masih kuat untuk menemanii dan menemaniiku diatas podium. Tangan yang dulu ku rasakan tiada beda sama tangan yang sekarang.
Tangan itu akan terbenam bersama dengan tubuh ringkihnya. Sebelum itu terjadi, aku ingin mengucapkan terima kasih kepadamu ibu. Tanganmu yang ajaib itu tidak akan pernah aku lupakan
Sedikit lebih tenang ,perlahan rasa ini sudah bisa hilang !! Dengan kesabaran dan keiklasan yg tertanam dalam hatii :)
Kamis, 22 Desember 2011
Selasa, 13 Desember 2011
Kepedihan :(
kepedihan yang selalu menyelimutiku ,seolah* semuanya takkan pernah berlalu. apa yang kurasakan ,yang ku alami ini ternyata hanya mimpi. mimpi yang seakan* berjalan diatas awan kelam yang penuh dengan kehampaan.
kepahitan yang kurasakan perlahan ku telan. kedustaan yang aku terima begitu sakit menikam hati. tak seorangpun yang pernah peduli, aku bingung, aku tak tau kemana aku harus mengadu.aku bosan, aku lelah dengan semua ini !! mungkin semua ini hadir tiada arti.
sampai kapankah aku terus bertahan dengan semua permainan ini ? sanggupkah aku ??
semuanya berjalan tak pernah seiring. seakan slalu bertentangan dengan segala yang terjadi, terjalin antara ada dan tiada.
haruskah kita merasakan senang diatas penderitaan orang lain ? ataukan ini suatu karma yang harus ku terima ?
sampai kapan ??
Cintaku Pada Sang Playboy
Cinta bagiku adalah sesuatu yang agung. Sekalipun aku telah banyak mengenal bermacam karakter laki-laki, tapi buatku belum cukup untuk memahami arti cinta yang sesungguhnya. Namaku Chona Marheta. Umurku 17 tahun. Sebenarnya belum saatnya di usiaku ini untuk berpetualang dari cinta yang satu ke cinta yang lain. Sekalipun telah lebih dari selusin laki-laki hadir dalam hidupku, tapi itu belum cukup membuatku mengerti apa yang dicari laki-laki dari cinta seorang perempuan. Cinta, kekayaan, kecantikan atau hanya kemolekan tubuh perempuan?
Entah mengapa Tuhan selalu saja mempertemukanku dengan laki-laki yang tak bisa setia pada satu cinta. Prinsipku, sekalipun aku sering berganti pacar, namun setiap kali menjalin hubungan aku selalu memegang komitmen, berusaha setia dan tak berniat mendua. Namun ternyata justru itu ujian bagiku. Kekecewaan demi kekecewaan menghampiri hidupku. 6 dari selusin laki-laki yang pernah menjadi pacarku adalah laki-laki yang smart, cool and calm. Mereka memiliki “sesuatu” yang diincar oleh sebagian besar perempuan. Mungkin karena mereka memiliki daya tarik “playboy” luar biasa.
Pengalaman demi pengalaman memiliki pacar yang gemar tebar pesona, mata jelalatan, otak ngeres dan gombal everyday membuatku kebal terhadap rayuan sedahsyat apapun. Laki-laki seperti ini memang paling oke dijadikan pacar, keren, gak malu-maluin, modis, gaya, gaul, selera dan imajinasi mereka tinggi sekali terhadap sosok perempuan! Tapi aku yakin, suatu saat akan kutaklukan laki-laki playboy yang kelak akan bertekuk lutut memohon cinta kepadaku. Ya, suatu saat!
Hubunganku dengan Ary, Eja, Firdis, Andi dan Herdi, dan sejumlah laki-laki lain semua berakhir dengan kata putus. Padahal sejak awal aku tahu sifat mereka yang senang merayu perempuan. Seharusnya aku sadar bahwa aku akan kecewa memiliki pacar seperti mereka. Tekadku mencari sosok playboy yang kuharapkan bisa mengejar cintaku sedemikian rupa ternyata tak pernah terwujud. Misiku belum tercapai. Aku lelah dengan semua ini. Petualangan dan misi gilaku ini harus diakhiri. Cukup sudah hampir selusin pria silih berganti mengisi hari-hariku. Saatnya pencarian playboy dengan cinta sejati kuhentikan.
Ternyata niatku untuk berhenti tak semudah membalikkan telapak tangan. Setahun terakhir ini aku mengenal sosok Rafhi. Kesan pertamaku terhadapnya, Rafhi adalah dia laki-laki baik, penyabar dan penuh kharisma. Rafhi berbeda dengan mereka yang pernah mengisi hatiku meski tanpa cinta yang utuh. Kekagumanku terhadap Rafhi memupus niatku untuk tak lagi jatuh cinta. Bila Rafhi jatuh cinta kepadaku, maka pilihanku akan jatuh pula kepadanya.
Kedekatanku dengan Rafhi tak terelakan lagi. Aku merasa nyaman bersamanya. Ia sungguh pandai memperlakukan perempuan dengan istimewa. Namun satu hal yang mengganjal hatiku, Rafhi adalah pacar orang! Ia adalah pacar dari perempuan yang memang saya tidak kenal. Ya Tuhan, masih belum selesaikah urusanku dengan laki-laki playboy sepanjang hidupku? Aku memang menyukai Rafhi, bahkan teramat menyukainya.
Semula aku membayangkan kisah cintaku akan berujung pada Rafhi. Di satu sisi, aku sungguh mengharapkan Rafhi bisa melabuhkan cintanya hanya untukku. Di lain sisi, terbayang wajah seorang perempuan yang kini menjadi pacarnya. Aku harus bagaimana Tuhan? Aku tahu ini salah. Sangat salah bila aku mengharapkan Rafhi. Tapi perhatian dan cinta Rafhia teramat indah. Seolah bagai mimpi dan aku tak mau terbangun dari mimpi indah itu.
Rafhi memohon pengertianku untuk bisa menerima kondisinya yang telah berpacaran. Tapi bagiku terasa menyesakkan dada. Apakah aku mencintai Rafhi? Benarkah aku mencintainya? Mengapa rasa ini sungguh sulit ditepiskan. Dulu, aku bisa dengan mudah membuang pacar-pacarku yang terbukti playboy. Aku bisa dengan mudah menepis ingatanku tentang mereka. Cintaku pun pupus seiring kandasnya kisah cintaku. Tapi kali ini? Mengapa aku tak bisa melakukan hal yang sama? Cinta ternyata bisa membuatku demikian bodoh!
Kisah cintaku dengan para playboy sebelum bertemu Rafhi selalu saja kandas hanya karena 1 sebab. Laki-laki playboy memang terbukti hanya mengejar kesenangan semata. Mereka hanya menginginkan 1 hal dari seorang perempuan, SEKS. Dari sekian laki-laki itu, ternyata tak satupun dari mereka yang tidak menginginkannya. Semua sama saja! Bukan cinta yang mereka tawarkan, tapi hasrat menggebu terhadap perempuan yang mereka kejar. Aku tak peduli mereka mengatakan aku norak, kampungan, gak gaul, kuper, dan sebutan lainnya hanya karena aku mempertahankan keperawananku.
Ternyata Rafhi pun tak ubahnya seperti mereka. Tapi entah mengapa, pesona Rafhi begitu sangat memabukkanku. Oh Tuhan, semoga aku bisa bertahan pada prinsipku. Aku takkan memberikan mahkotaku kepada laki-laki yang bukan suamiku. Rafhi memang tak pernah memaksaku. Ajakannya yang sangat halus tak terkesan ia sedang membujuk atau merayuku. Rafhi tahu persis bagaimana memperlakukan aku. Rasa tersanjung membuatku lupa diri bahwa Rafhi adalah pacar orang.
Dalam kesendirian aku merenung, cinta yang kujalani ini terlarang. Rafhi tak berbeda dengan playboy manapun. Hanya saja ia tahu bagaimana agar perempuan sukarela memberikan tubuhnya. Aku tak yakin akan cinta Rafhi. Bukan tidak mungkin Rafhiakan memperlakukan hal yang sama dengan perempuan lain di belakangku. Aku penasaran. Aku mulai mengamati aktifitas Rafhisehari-hari. Ternyata Rafhi memang playboy sejati. Ia bisa dengan mudah dekat dengan macam-macam perempuan.
Bercinta Dengan Logika
Cintailah seseorang dengan logika…
“ Mustahil. Cinta tak kenal logika “ kata Tomi sore itu. Kukenal dia sebagai laki-laki dan tetap kuperlakukan dia sebagai laki-laki.
“ Kenapa mustahil ? Sedangkan magnet saja punya kutub positif dan negatif. Jika tidak ingin saling menolak, kutub yang bertemu haruslah kutub yang berbeda “ Jawabku kala itu
“ Ya… tapi berbeda dengan cinta “
“ Apa bedanya ? “
“ Cinta tak kenal logika. Cinta tak bisa dinalar. Cinta datangnya tak bisa diduga, apalagi dipaksa “
“ Kenapa tidak ? Manusia punya otak. Dan hanya manusia yang punya cinta. Jika kau percaya bahwa cinta itu suci, mengapa cara mewujudkannya tidak dengan cara yang suci pula ? “
“ Aahh… sudahlah. Nggak usah bahas itu lagi. Aku pusing mendengarnya. “
Dan Tomi pun pergi begitu saja, berlalu dan menghilang tanpa pernah kembali.
Mungkin aku tidak cukup pandai menyampaikan argumentasi. Mungkin pula cara berpikirku dengan dia sudah berbeda. Tapi, aku dan dia sama-sama manusia. Punya otak dan hati nurani.
Tuhan menciptakan makhluknya berpasang-pasangan. Dalam dunia binatang ada jantan dan betina. Dalam dunia tumbuhan ada putik dan benang sari. Bahkan manusia meyakini bahwa kutub magnet ada dua, positif dan negatif. Semua merupakan pasangan yang sangat pas dan tidak saling menolak.
Tuhan menciptakan Hawa, perempuan, adalah sebagai pasangan bagi Adam, laki-laki. Kenapa manusia harus menghancurkan fitrahnya sendiri ?
Siapa yang bisa mengira kapan dia akan jatuh cinta. Datangnya memang tidak bisa diduga apalagi dipaksa. Tapi, mencintai seseorang tetap harus dengan logika. Jika tidak, nafsulah yang berbicara.
Langganan:
Postingan (Atom)
About
Jika ingin meraih mimpi setinggi bintang dilangit ,berusahalah sedalam mutiara didasar laut !!