Sabtu, 26 November 2011

Menjadi Orang Sabar Itu Menyenangkan

Akhir-akhir ini saya sendiri merasa heran , kok gampang marah, sedikit saja ada yang kurang berkenan , saya kok merasa “panas.” Omonganpun bukan saja nadanya menjadi sedikit keras, kalimat-kalimat yang keluar keluar dari mulut pun sedikit keluar dari “pakem” yang biasa menjadi gaya percakapan saya sehari-hari.

Satu kata dari seorang kawan untuk menggambarkan perilaku saya akhir-akhir ini, hari-hari belakangan ini, pemberang. Ya, katanya, saya sekarang ini berubah jadi pemberang , memang dalam tanda kutip, dalam pengertian baru masuk stadium 1 alias permulaan. Tapi jangan senang dulu, katanya, peningkatan kelas ke stadium 2 tidak mustahil terjadi dalam waktu dekat, jika tidak di obati. Seperti halnya sebuah penyakit, jika dibiarkan, jika terjadi pembiaran, maka penyakit itu akan menjadi parah. Kalau sudah menjadi parah, boleh jadi tidak cukup dengan terapi dan pengobatan biasa saja, bisa-bisa harus dilakukan sebuah operasi. Yang boleh jadi, tidak diinginkan oleh kita.

Maka setelah terjadi percakapan yang intensif, dimana kiranya letak penyakit yang menimpa saya dan kenapa saya hari – hari ini kok menjadi pemberang, sedikit curhat dan intropeksi.

Dari awal memang sudah disimpulkan sang kawan, dan saya pun mengiyakan, setuju saja. Jika penyakit saya adalah penyakit hati. Meskipun saya tidak termasuk orang yang sabar, tapi menjadi seorang pemberang, tentunya bukan sikap dasar dan sikap saya sehari-hari sebelumnya.

Saya pun memberikan informasi kondisi yang saya alami akhir-akhir ini, sang kawan pun memberikan ruang untuk berdialog tidak sekedar menyalahkan atau sekedar menerima curhat - an saja.

Ya, harus saya akui tekanan pekerjaan minggu-minggu ini terasa begitu berat, saya folus untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai yang sudah ditargetkan. Tak biasanya ada lebih dari satu hal kendala yang harus segera disselesaikan.

Begitulah, di tambah, entah kenapa, seiring dengan beban pekerjaan yang meningkat, sudah seminggu ini tidak menyentuh kitab suci, yang biasanya saya lakukan rutin setelah melakukan shalat Subuh dan shalat Isya. Itu yang rutin saya lakukan setiap hari, bahkan sekarang ini, sudah sepekan ini, saya tak melakukan shalat malam.

Sang kawan, ketika mendengar informasi dari saya begitu, langsung mengatakan, itulah kiranya penyakitnya, mengapa akhir-akhir ini kamu jadi pemberang. Renggang dari sumber kekuatan, tidak lagi dekat dengan sumber kekuatan yang sebenarnya, yakni Allah SWT, yang selama ini memberimu kekuatan dalam mengelola emosi dan jiwa yang kamuj miliki.

Saran saya, bacalah Al-Qur-an sepeti yang biasa kamu lakukan, sesibuk apapun, begitu pula shalat malam, lakukan seperti biasa. Insya Allah, penyakit yang kamu rasakan, menjadi pemberang  –yang sungguh tidak enak itu menurutmu — akan hilang.


Menjadi orang sabar itu, jauh lebih  enak dan menyenangkan banyak orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Jika ingin meraih mimpi setinggi bintang dilangit ,berusahalah sedalam mutiara didasar laut !!

Buscar